TARAKAN – Hingga saat ini pemerintah terus berupaya melakukan penangganan pada penyakit Tuberkulosis atau TBC di Kota Tarakan. Penyakit tersebut tidak hanya menyerang tubuh dewasa namun juga anak-anak. Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan, dr Devi Ika Indriarti menerangkan, sejauh ini penanganan TBC belum maksimal.
Menurutnya hal itu ditandai belum maksimalnya target dan sasaran pengobatan bagi penderita. Menurut Devi, tidak sedikit orang yang khawatir datang ke puskesmas untuk mengambil obat TBC lalu untuk melakukan pemeriksaan. Pada tahun 2022 ini pihaknya menilai bahwa Dinkes Tarakan bisa melakukan kegiatan penanganan TBC dengan maksimal.
“Di tahun 2022 kami bisa melakukan kegiatan koordinasi lintas sektoral dengan maksimal kemudian kami bisa melibatkan OPD terkait, kemudian pihak kelurahan, kecamatan untuk membantu dalam penemuan kasus TBC dan obat minum penderita TBC,”ungkapnya.
Sementara itu, ia mengakui masih ada saja kasus temuan penderita TBC di Kota Tarakan.
Namun, menurutnya TBC tidak seperti kasus Covid-19 begitu banyak orang yang terkonfirmasi dan saat ini karena pemeriksaan TBC lebih mudah di Puskesmas.
“Tidak seperti dulu pemeriksaan dahak 3 kali sekarang dengan menggunakan mesin PCR cukup 1 kali orang bisa mengetahui dia kena TBC atau tidak. penyakit TBC ini juga sangat berbahaya untuk kesehatan seperti kasus Covid-19,”terangnya.
Kata dia, selama ini progam pemberian obat TBC kepada masyarakat terkena kontak erat memiliki penularan yang sama seperti Covid-19 yakni droplead. Lanjutnys, bagi pengidap sakit TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin dan mematuhi prosedur.
“TBC bisa sembuh dengan pengobatan selama 6 bulan dan pengobatannya gratis dari program pemerintah. Kalau beli sendiri mahal obatnya,” pungkasnya.