TARAKAN — Pandemi covid-19 berdampak pada dinamika keluarga Indonesia. Banyak variabel yang menjadi penyebab terjadinya perceraiaan suami istri selama pandemi covid-19. Hal tersebut tak hanya dipengaruhi kondisi kesehatan, tapi juga finansial.
Menurut Dosen Akademisi Universitas Borneo Tarakan (UBT) Hj. Cici Ismuniar Undunsyah, M.Psi mengatakan, hal tersebut itu terjadi karena adanya stressor, salah satu faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres.
Hal ini dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya.
“Jadi memang kalau dilihat pandemi ini kan menyebabkan banyak aneka stressor, jadi kita ini memiliki stressor, hal ini dikarenakan adanya masalah kecil dan masalah besar,” jelasnya (09/28)
“Contoh masalah besarnya itu seperti ancaman perkawinan bagi para pasangan yang sudah menikah, pada masa pandemi covid ini kan kondisi stress itu meningkat,” sambungnya.
Sementara itu, berdasarkan penelitian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada masa pendemi ini pola hidup keluarga dalam bidang ekonomi, pekerjaan, hingga keterucukupan kebutuhan primer itu semakin memburuk selama pandemi.
Dengan begitu, hal ini sangat berpengaruh pada sebuah ancaman perceraian. Pasalnya, selama pandemi perubahan ekonomi menurun drastis. Tak hanya perekonomian negara, namun juga perekonomian keluarga.
“Kenapa ada perceraian ya karena ada konflik dirumah tangga, salah satu hal yang menimbulkan konflik ya karena perubahan ekonomi dimasa pandemi. Jadi banyak sekali stress perkawinan membuat angka kasus perceraian di masa pandemi di Indonesia itu meningkat,” imbuhnya.
Dengan demikian, ia menjelaskan timbulnya stress perkawinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, faktor eksternal dan internal.
“Stress eksternal ini biasanya bersumber dari luar relasi, bisa pekerjaan ataupun faktor keuangan, bisa juga anak, mertua dan sebagainya. Sedangkan stress internal itu bersumber dari relasi pasangan, misalnya pasangan ini sering berselisih paham atau adanya kebiasaan buruk pasangan,” jelasnya.
Lebih jauh, ia membeberkan dalam hal ini langkah-langkah untuk mengatasi kasus perceraian yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Diantaranya ialah kedua pasangan harus mampu mengendalikan emosi.
“Kita harus mampu mengendalikan emosi, karena misalnya salah satu pasangan mampu mengendalikan emosi itu pasti tidak ada namanya berselisih yang berhari-hari,”
“Langkah-langkah mengendalikan emosi itu pertama kita harus tahu respon stress diri kita, kita harus bisa juga menenangkan diri sendiri, dan yang terakhir aktifkan akal sehat itu biasanya harus paham kondisi kapan harus kita bicara dengan pasangan kita. Selain itu, kita juga harus sering berkomunikasi dengan baik,” tutupnya