TARAKAN – Kalimantan Utara mengalami inflasi atau tren kenaikan harga kebutuhan masyarakat sebesar 5,59 persen pada bulan Agustus 2022 secara year on year.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi pada BPS Kaltara, Panca Oktianti mengatakan, inflasi dipengaruhi dua faktor, yakni permintaan atau demand dan penawaran atau supply.
“Inflasi faktornya supply dan demand, kalau misal permintaan banyak, suplai sedikit, maka inflasi tinggi. Sebaliknya juga ketika permintaan sedikit, suplai banyak, bisa terjadi deflasi,” terang Panca.
Persoalan inflasi di Kaltara disebut karena sebagian besar komoditas berasal dari luar daerah. Sehingga meningkatkan harga jual karena adanya tambahan biaya untuk transportasi pendistribusian.
“Ketika pemerintah (akan) meningkatkan harga pertalite, salah satu dampaknya harga-harga juga terjadi peningkatan. Karena ini saling ada keterkaitan juga di dalamnya,” Jelasnya
BPS merekomendasikan agar kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) benar-benar dimaksimalkan. Utamanya dalam memastikan ketersediaan suplai kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan.
“Dalam Rakor pengendalian inflasi akhir bulan kemarin, Kementerian Perdagangan menyarankan agar provinsi memproduksi komoditas yang selama ini menyumbang inflasi. Semisal di Kaltara, Gubernur sarankan masyarakart ikut tanam cabai dan bawang merah,”
Lanjutnya“Hal seperti ini memang akan sedikit membantu, utamanya dalam memenuhi kebutuhan mikro setiap keluarga,” ungkapnya.
Jika dilihat dari angkanya, hal tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Secara umum, inflasi yang terjadi di Kaltara dalam kondisi mengkhawatirkan. Karena sudah berada di atas ambang target pemerintah, yakni pada rentang 3 ± 1 persen.
Dari dua kota penghitungan inflasi di Kaltara, inflasi di Tarakan tercatat sebesar 5,02 persen. Sementara itu, inflasi di Kota Tanjung Selor berada jauh di atasnya sebesar 7,44 persen.
Dalam tiga tahun terakhir, inflasi di tahun 2022 mengalami lonjakan yang drastis. Mengingat inflasi pada kategori sama di tahun 2020 hanya sebesar 1,18 persen. Angka ini bahkan turun di tahun 2021 menjadi 0,94 persen.
Lonjakan drastis juga terlihat dari dua kota penghitungan inflasi. Tarakan pada Agustus 2020 hanya mencatatkan inflasi year on year sebesar 1,36 persen. Kemudian di tahun selanjutnya juga turun menjadi 0,74 persen.
Pada Kota Tanjung Selor, inflasi pada Agustus 2020 berada pada level 0,48 persen. Kemudian mengalami tren kenaikan di tahun selanjutnya menjadi 1,73 persen. Lalu meningkat drastis di tahun ini menjadi 7,44 persen.
Pada Agustus 2022, inflasi Kaltara paling tinggi terjadi pada kelompok transportasi yang mencapai 18,10 persen. Ini berasal dari inflasi di Tarakan sebesar 17,57 persen dan di Tanjung Selor yang mencapai 20,28 persen.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang catatkan inflasi tinggi adalah bahan makanan.
Di Tanjung Selor tercatat mencapai angka 9,75 persen. Namun di Tarakan jauh berada di bawahnya sebesar 4,44 persen.
Kelompok pengeluaran lain yang juga catatkan inflasi cukup tinggi adalah kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kelompok penyediaan makanan dan minuman serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Persoalan inflasi yang mengkhawatirkan di Kaltara dari kelompok transportasi juga perlu mendapat perhatian khusus. Pemda direkomendasikan menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah pusat yang memiliki kewenangan langsung.