TARAKAN – Tidak seperti tahun sebelumnya yang biasanya ramai umat beribadah, kini di Klenteng Toa Pek Kong terbilang sepi.
Dijelaskan Ketua MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Kota Tarakan, Ayi Diyanto bahwa di tahun sebelumnya umat yang datang beribadah di Klenteng Toa Pek Kong bisa mencapai 500an, tapi tahun ini hanya sekitar 200 an saja.
“Tadi malam itu kan puncaknya, Untuk acara puncaknya sampai jam 12 malam tapi yang datang sedikit saja, bahkan tadi pagi, umat yang datang beribadah hanya sekitar 50 an saja.” ungkapnya, (12/02).
“Banyak umat yang tidak berani datang karena ini pandemi Covid-19, banyak yang sembahyang di rumah. Sebenarnya sembahyang di mana saja itu kan sama saja, yang penting niat kita,” tambahnya.
Secara administrasi, jumlah umat Khonghucu di Tarakan sekitar 600 an jiwa.
Lanjutnya lagi, untuk perayaan Imlek tahun ini tidak dirayakan besar-besaran, karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Di Klenteng memang tidak ada keramaian, tidak ada acara barongsai, Kita melaksanakan instruksi dari MAKIN Pusat,” bebernya.
Dan untuk Perayaan kali ini juga tidak menggelar open house atau terima tamu di rumah. Silaturahmi hanya dilakukan melalui virtual.
Ia juga menghimbau masyarakat Tionghoa di Tarakan untuk mematuhi intrusksi pemerintah untuk tidak merayakan Imlek dengan mengumpulkan orang banyak.
“Jadi silaturahmi itu hanya lewat virtual saja, untuk kunjungan terima tamu tidak ada sama sekali, cukup sederhana di rumah saja,” imbuhnya.
Mengenai ibadah di Klenteng, Ayi diyanto mengatakan tetap dilaksanakan seperti biasanya, namun tetap dengan protokol kesehatan. dan Ibadah di Klenteng dilaksanakan secara sederhana. Selesai sembahyang jemaat langsung pulang.
“Tempat ibadah kita nggak boleh tutup, siapa pun boleh sembahyang, cuma kita ada pembatasan untuk protokol kesehatan,” katanya.