Duga Adanya Kecurangan, Salah Satu Peserta Seleksi KPU Pertanyakan Integritas Timsel KPU
TARAKAN – Setelah sempat heboh karena mengunggah video dugaan kecurangan Timsel KPU Kaltara, kini Pria bernama Andi Rizal Amirsyah kembali memprotes atas dugaan kecurangan yang dilakukan Timsel KPU untuk seleksi anggota KPU Kaltara 2024-2029 untuk Kabupaten Kota. Menurutnya, Timsel KPU Kaltara untuk Kabupaten/Kota tidak menjadikan hasil penilaian psikotes menjadi acuan untuk lolos ke tahap selanjutnya.
“Soal tes psikologi anggota KPU Kaltara, tentu saya menyayangkan hasil tes psikologi tidak menjadi acuan lolosnya peserta ke tahap selanjutnya. Padahal Nilai psikologi saya direkomendasikan tapi tidak lolos ke tahap selanjutnya. Sebaliknya nilai yang dipertimbangkan malah lolos. Kalau nilai yang direkomendasikan saja tidak masuk, bagaimana bisa yang dipertimbangkan bisa lolos,”kata dia.
Ia menduga Timsel tidak menjadikan tes psikologi sebagai acuan lolosnya peserta ke tahap selanjutnya. Padahal kata dia, status rekomendasi itu penilaian tertinggi untuk tes psikologi. Sehingga menurutnya, tes psikologi tidak berpengaruh. Karena sudah jelas nilai direkomendasikan dan dipertimbangkan harus mengutamakan direkomendasikan sesuai aturan seleksi.
“Kalau memang proses seleksi merupakan formalitas maka seharusnya tidak dilakukan adanya seleksi agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan untuk mengikuti tahapannya. Sehingga hal ini hanya menggambarkan kentalnya dugaan Nepotisme pada Seleksi penyelenggara kontestasi politik saja,”ungkapnya.
Menurutnya, jika adanya settingan dari awal sebaiknya tidak perlu dilakukan adanya seleksi. Sehingga hal itu tidak memunculkan harapan pihak lain yang ingin berjuang mengikuti seleksi ini.
“Atau buat apa ada tahap psikotes kalau hasil psikotes juga tidak berpengaruh terhadap lolos tidaknya peserta ke tahap selanjutnya. Asas-asas penilaian itu menurut saya sudah tidak dilakukan oleh mereka (Timsel). Ini yang saya sayangkan,”tuturnya.
Ia membeberkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar proses seleksi dapat berjalan tegak lurus. Namun demikian, ia merasa segala upaya yang dilakukannya tidak juga membuahkan hasil. Sehingga dirinya berharap hal ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah dalam memperbaiki sistem tatanan negara.
“Saya khawatir kentalnya nepotisme ini menjadi gambaran kelamnya demokrasi kita saat ini dan di masa depan. Saya berharap persoalan seperti ini segera dibenahi,”tegasnya.