TANJUNG SELOR – Polda Kaltara akan meningkatkan upaya pencegahan terhadap tindak kriminal hingga terorisme atau radikalisme. Hal itu disampaikan Kapolda Kaltara, Irjen Daniel Adityajaya melalui Kabid Humas, Kombes Budi Rachmat mengatakan, Polda Kaltara dan jajarannya akan meningkatkan upaya preventif atau pencegahan ke depan.
“Upaya preventif yakni dengan menggelar operasi bina waspada dengan sasaran radikalisme dan intoleran,” terangnya, (18/04/2022).
Selain dari kepolisian, pencegahan masuknya teroris juga perlu keterlibatan dan peran aktif masyarakat.Jajaran Ketua RT dan Ketua RW dinilai memiliki peran kontrol yang efektif di lingkungannya masing-masing.
“RT dan RW perlu maksimal dalam mendata dan mengetahui siapa saja warganya dan apa latarbelakangnya. Kemudian senantiasa berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas juga,” ujarnya.
Imformasi dihimpun, pada Maret lalu seorang yang diduga terlibat dalam jaringan teroris ditangkap di Bulungan, tepatnya di Desa Tanah Kuning, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan.Saat dikonfirmasi, Kabid Humas menyebut dilakukan langsung oleh Densus 88 dari Mabes Polri.
“Saya tidak monitor (keterangan penangkapan). Itu dari Densus 88 di bawah kendali Mabes Polri,” ujarnya.
Sementara informasi dari Kepala Desa Tana Kuning, Budi, terduga yang ditangkap berinisial Y.
Budi mengaku kurang mengingat tanggal penangkapan tersebut. Namun petugas yang melakukan penangkapan disebut dari Densus 88 Mabes Polri.
“Saya tanggalnya lupa, yang langsung datang itu Densus 88,” kata kepala desa.
Budi membenarkan jika Y tinggal di wilayahnya, namun secara administratif kependudukan bukan warga Desa Tanah Kuning. Dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) nya, Y tercatat warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
“Kalau info yang saya dapat, dia bergeser terus, pindah- pindah tempat. Jadi kurang lebih 6 tahun di sini, ngontrak rumah, ada juga ngontrak di Desa Binai dan Desa Mangkupadi, tapi di daerah perkebunan sawit sana,” paparnya.
Informasi yang ia dapat dari para petugas di lapangan, Y sendiri pernah masuk dalam jaringan teroris berbasis agama di Pulau Jawa.
“Yang saya tangkap (informasi) dari petugas kira-kira begitu,” imbuhnya.
Y sendiri tinggal di Tanah Kuning bersama isteri keduanya. Namun saat penangkapan, istri tidak berada di kediamannya.
“Istrinya ini isteri kedua, tapi sudah tidak ada juga kemarin,” jelasnya.
Dalam kesehariannya, Y disebut tidak menunjukkan tanda-tanda yang berbeda dari warga pada umumny. Y kerap terlihat rutin ke masjid untuk salat lima waktu dan salat Jumat.
“Pekerjannya nombak sawit. Selain itu, bertukang rumah juga, dua itu saja pekerjaan yang saya tau,” tutupnya. (*)